Monday 27 July 2009

GEOLOGI REGIONAL DAN LOKAL DAERAH BERAU

Geology regional dan lokal


Secara tektonik, Kabupaten Berau termasuk kedalam Subcekungan Berau (bagian Cekungan Tarakan). Subcekungan Berau diperkirakan minimal telah mengalami 4 tektonik. Tektonik pertama terjadi pada akhir Kapur/lebih tua yang mengakibatkan terbentuknya struktur perlipatan, pensesaran, dan pemalihan regional derajat rendah. Tektonik ke-2 (Eosen-Oligosen), mangakibatkan terjadinya proses pengendapan sedimen berumur Oligosen-Miosen dan secara setempat diikuti dengan terobosan batuan beku andesitik sehingga terbentunya satuan gunung api. Tektonik ke-3 (Miosen AkhirĂ‚–Pliosen) diantaranya terendapnya Fm. Labanan dan Fm.Latih. Tektonik ke-4, terjadi perlipatan dan pensesaran yang mengakibatkan beberapa lapisan batubara tersingkap di sungai dan terangkat di atas permukaan laut sehingga lapisan batubara di daerah Tanjung Redep relatif memiliki kadar air rendah. Kelompok Ahli Geologi PT Kaltim Prima Coal, membaginya atas 4 cekungan yakni Cekungan Sabah, Cekungan Berau, Cekungan Muara dan Cekungan Tarakan.

Menurut peta geologi Lembar Tanjung Selor sekala 1:250.000 (1994) tatanan stratigrafi di daerah Berau diawali dengan Fm. Birang sebagai formasi tertua yang disusun oleh lapisan napal, konglomerat, batupasir, batulempung dan batubara yang bagian bawah dan di bagian atas formasi ini tersusun oleh batugamping, tufa dan napal. Di atasnya diendapkan Formasi Langkap/Latih (Miosen Awal-Miosen Tengah), terdiri dari batupasir kuarsa, batulempung, batulanau dan lapisan batubara di bagian atasnya, sisipan serpih pasiran dan batugamping dibagian bawah, Latih dengan lingkungan delta, estuarian dan laut dangkal. Selanjutnya diendapkan Formasi Labanan, terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir, batulanau, batulempung yang disisipi oleh batugamping dan batubara dengan diendapkan pada lingkungan fluviatil (Miosen Akhir-Pliosen). Di atas Formasi Labanan diendapkan Formasi Sinjin (Plio-Pleistosen) yang tersususun dari perselingan tufa, aglomerat, lapili, lava piroksen, tufa terkersikkan, batulempung tufaan dan kaolin, lignit, kuarsa, fellspar dan mineral gelap.

Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melakukan penyerdehanaan peta geologi dalam bentuk digital yang disusun berdasarkan jenis batuan dan umur. Sehingga dapat diperkirakan kemungkinan terdapatnya bahan galian di Kabupaten Berau yang ditempati oleh batuan karbonat tersier, batuan sedimen tersier dan kuarter, batuan metamorf mesozoik dan paleozoik dan batuan gunungapi tersier-kuarter.

Struktur geologi yang berkembang, terdiri dari struktur lipatan yang berarah baratlaut-tenggara, sesar normal, sesar geser dan kelurusun yang menunjukkan arah utama barat daya - timur laut dan barat laut-tenggara.

SUMBER DAYA DAN CADANGAN

Sumber Daya dan Cadangan

Sumber daya batubara (Coal Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumber daya batu bara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.

Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.

Kelas Sumber Daya

1. Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)

Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.

Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama dengan cadangan batubara yg diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah kondisi geologi atau perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya berada pada daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan dan keberadaan batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian, serta sumur-sumur. Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan mengungkapkan informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka akan di klasifikasikan kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources).

2. Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)

Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.

Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari sumber daya tidak dapat diandalkan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm atau lebih.

3. Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)

Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara relistik dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan sumber daya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti gteologi dalam daerah antara 0,4 km – 1,2 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sib bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.

4. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)

Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk melakukan penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km. Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.

Penghitungan Sumber Daya

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara di daerah penelitian. Pemakaian metode disesuaikan dengan kualitas data, jenis data yang diperoleh, dan kondisi lapangan serta metode penambangan (misalnya sudut penambangan). Karena data yang digunakan dalam penghitungan hanya berupa data singkapan, maka metode yang digunakan untuk penghitungan sumber daya daerah penelitian adalah metode Circular (USGS) (Gambar).


circular Method (USGS)

Aturan Penghitungan Sumberdaya Batubara dengan Metode Circular (USGS) (Wood et al., 1983)

Penghitungan sumber daya batubara menurut USGS dapat dihitung dengan rumus

Tonnase batubara = A x B x C, dimana

A = bobot ketebalan rata-rata batubara dalam inci, feet, cm atau meter

B = berat batubara per stuan volume yang sesuai atau metric ton.

C = area batubara dalam acre atau hektar

Kemiringan lapisan batubara juga memberikan pengaruh dalam perhitungan sumber daya batubara. Bila lapisan batubara memiliki kemiringan yang berbeda-beda, maka perhitungan dilakukan secara terpisah.

1. Kemiringan 0 – 10

Perhitungan Tonase dilakukan langsung dengan menggunakan rumus Tonnase = ketebalan batubara x berat jenis batubara x area batubara

2. Kemiringan 10 – 30

Untuk kemiringan 10 – 30, tonase batubara harus dibagi dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.

3. Kemiringan > 30

Untuk kemiringan > 30, tonase batubara dikali dengan nilai cosinus kemiringan lapisan batubara.